DALAM HATI ADA CINTA
( Di tulis pada
jam 19.00 WIB 31/12/2012 )
Mungkin ini
memang jalan takdirku
Mengagumi tanpa dicintai
Tak mengapa bagiku
Asal kau pun bahagia dalam hidupmu….
Mengagumi tanpa dicintai
Tak mengapa bagiku
Asal kau pun bahagia dalam hidupmu….
Pandangan
mataku tertuju pada seorang wanita cantik yang duduk di bangkunya. Dia adalah
wanita yang selama ini telah menumbuhkan rasa cinta dalam hati dan jiwaku,
subur bagaikan benih yang disebar di ladang yang gembur. “Sungguh cantik dirimu
hari ini. Dan kecantikanmu itu mampu membuatku merasakan getaran cinta yang ‘tak
mampu terhitung denganskala Richter,” pujiku dalam hati.
Dia adalah adik kelasku. Jadi kapanpun aku bisa untuk memandanginya, sekalipun pelajaran tengah berlangsung aku bisa melihatnya dengan berjalan di depan kelasnya. Namun hanya sebatas memandang saja, tidak lebih. Dia hanyalah gadis yang kucintai tapi tidak mungkin aku miliki. Aku hanya memendam perasaanku ini padanya. Kasihan.
Aku memeng sangat mencintainya tapi aku pun merasa ‘tak mampu untuk mengungkap sebuah kata yang pasti pernah dirasakan semua insan di dunia. Cinta. Ya, cintaku itu ‘tak bisa kuungkapkan padanya karena aku ini lemah. Miskin. Sedang dia? Dia adalah orang berkecukupan yang ‘tak pernah merasakan pahit getirnya berada dalam lingakaran kemiskinan. Dan -sangat bisa- dipastikan dia ‘tak kan bisa menjalani sebuah ikatan cinta denganku.
Ya Tuhan, mengapa begitu berat beban asmaraku ini? Mengapa aku hanya mampu memendam cinta saja padanya dan itu berlangsung sudah lama. Begitulah celotehku bila terbayang lagi wajahnya di pikiranku. Namun itulah yang harus terjadi pada diri yang mempunyai rasa cinta yang begitu besar.
Diam . ya, pastinya aku hanya
bisa diam dalam keterpurukan perasaan yang suci ini. Mungkin memendamlah jalan
terbaik. Memendam cinta ‘tak mengapa lah bagiku, mungkin karena aku bukan
hanya sekali ini saja mengalaminya aku rela untuk menyimpan cinta yang
bisa menghancurkan kebahagiaan. Aku rela kebahagiaan itu hilang demi dirinya,
karena itulah arti cinta yang sebenarnya. Bukankah berkorban demi orang yang kita
cintai itu lebih baik, lebih afdal? Meskipun pengorbanan itu adalah kebahagiaan
sendiri. Meskipun sebenarnya menyisakan luka yang mendalam. Dalam hati kecil
bergurau :
Hanya dapat memiliki dalam mimpi
Hanya bisa bercanda dalam imajinasi
Hanya sendiri hati yang merasa
Namun aku bahagia
Kau yang jauh dari jangkauanku
Apakah aku mampu meraihmu?
Kau yang sekarang sudah dimiliki
Apakah aku sanggup untuk selalu begini?
Seandainya saja sekarang kau sendiri
Belum memiliki dan dimiliki dia
Mungkin hanya tak sekedar mengagumi
Aku akan berusaha untuk bisa . . .
Karena . . .
Bayangmu tak pernah bosan menari di benakku
Tentang dirimu selalu hinggap di pikiranku
Namun, aku tak berani untuk melakukan lebih dari ini
Cukup bagiku hanya cinta dalam hati
Hanya bisa bercanda dalam imajinasi
Hanya sendiri hati yang merasa
Namun aku bahagia
Kau yang jauh dari jangkauanku
Apakah aku mampu meraihmu?
Kau yang sekarang sudah dimiliki
Apakah aku sanggup untuk selalu begini?
Seandainya saja sekarang kau sendiri
Belum memiliki dan dimiliki dia
Mungkin hanya tak sekedar mengagumi
Aku akan berusaha untuk bisa . . .
Karena . . .
Bayangmu tak pernah bosan menari di benakku
Tentang dirimu selalu hinggap di pikiranku
Namun, aku tak berani untuk melakukan lebih dari ini
Cukup bagiku hanya cinta dalam hati
Aku pun ‘tak
pernah ingin jika dia tahu bahwa aku ada perasaan padanya. Bahkan
sahabat-sahabatku pun ‘tak ingin kuberi tahu, kecuali kepada Nafik. Itu pun
karena Nafik mendesakku untuk mengatakan siapa sebenarnya wanita yang disukai
cowok seperti aku.
“Dol, siapa sih, cewek yang kamu suka?”
“Ah, jangan ngaco kamu. Aku tidak suka sama siapa-siapa.”
“Jangan bohong kamu,” katanya tidak percaya.
“Masak sih, aku bohong sama teman sendiri.”
“Tapi aku tidak suka dan tidak bisa dibohongi, loh. Ayolah, masak kamu mau pake rahasia-rahasiaan sama teman sendiri.”
“OK. Aku memang suka sama seseorang….”
“Cewek itu sekelas sama kamu…,” jawabku, lalu membisu kembali. Aku ‘tak kuasa menyebut nama wanita itu di depan Nafik. Mulutku terasa terkunci.
“Siapa?” desak Nafik. Aku kumpulkan sedikit keberanian dan kekuatan untuk menyebut nama itu.
“Rohma,” ucapku pelan penuh beban.
“Apa?” Nafik terperanjat kaget. Dan aku memang sudah menduga itu sebelumnya.
“Iya.”
“Terus apa rencana kamu selanjutnya? Nembak dia? Aku bisa bantu kamu kok. Dia ‘kan sahabatku.”
“Fik, terlalu sulit aku untuk melakukan itu. Aku berpikir rasional. Hatiku memang cinta, namun apakah kamu tahu , kalau bibirku terbalut untuk mengatakannya? Aku tahu diri. Aku bukan tipe orang yang mau memperturutkan rasa namun akhirnya hanya akan menyakiti orang yang sangat aku sayangi hanya karena aku tak mampu memenuhi semua keinginannya. Bagiku dia memang adalah cinta sejatiku, belahan jiwaku. Aku hanya bisa berharap semoga saja waktu akan mampu mengubur pearsaanku padanya. Apa kamu tidak tahu, aku sangat berbeda dengannya.
Aku bagaikan pungguk merindukan bulan,”
kucurahakan semua perasaanku. “Fik, please jangan sekali-kali katakan
semua ini pada Rohma. Aku percaya kamu.”
Hari- hari pun masih kulalui dengan tetap mengaguminya. Sang waktu yang kutuggu belum juga datang untuk menyingkirkan perasaanku. Biarlah aku memendam saja, meskipun aku tahu ada Nafik yang bisa membantu aku keluar dari tersiksanya memendam sesuatu yang mutlak untuk dimiliki.
Hari- hari pun masih kulalui dengan tetap mengaguminya. Sang waktu yang kutuggu belum juga datang untuk menyingkirkan perasaanku. Biarlah aku memendam saja, meskipun aku tahu ada Nafik yang bisa membantu aku keluar dari tersiksanya memendam sesuatu yang mutlak untuk dimiliki.
Rohma hanya menjadi bayangan semu di dalam hatiku, harapan yang ‘tak bisa terwujud. Kisahku pun ‘tak terukir dalam lembaran sejarah bersamanya. Indahnya kisah romantika cinta yang menghiasi televisi dan mewarnai bioskop ‘tak seindah denganku. Kisah cinta sejati Romeo dan Juliet ‘tak pernah kualami. Perjuangan cinta abadi Rama dan Sinta pun ‘tak pernah kudapatkan dalam hidupku. Aku hanya menjadi penonton setia saja.
Aku berdiri dari tempat dudukku dalam kelas. Wajah Rohma yang memang Rohma di sudut ruangan kelas ini berseri dengan senyuman khasnya yang menarik. Senyuman manis itu adalah embun yang menyejukkanku setiap hari di dalam kelas yang bersuhu panas ini.
Aku tetap
berharap dia ‘tak ‘kan pernah tahu hal ini walaupun sahabatnya sendiri sudah
tahu. Aku percaya sama Nafik. Tapi…. Apa aku ini bodoh? Tolol? Jembatan kokoh
untuk mendapatkan Rohma sudah ada di depanku, tetapi mengapa aku tetap saja
memilih untuk membungkamkan perasaan ini, kenapa aku mesti menjebak diriku
sendiri dalam cinta terpendam yang menyakitkan hati? Mengapa aku lebih menyukai
untuk berharap pada sesuatu yang ‘tak pernah terwujud? Apakah ini namanya cinta
yang ‘tak pernah terpikirkan olehku sebelumnya?
Terdengar jelas lantunan lagu Cinta Dalam Hati miliknya Ungu di telingaku. Sejenak aku menikmatinya.
Terdengar jelas lantunan lagu Cinta Dalam Hati miliknya Ungu di telingaku. Sejenak aku menikmatinya.
Mungkin ini memang jalan takdirku
Mengagumi tanpa di cintai
Tak mengapa bagiku asal kau pun bahagia
Dengan hidupmu, dengan hidupmu
Mengagumi tanpa di cintai
Tak mengapa bagiku asal kau pun bahagia
Dengan hidupmu, dengan hidupmu
Telah lama kupendam perasaan itu
Menunggu hatimu menyambut diriku
Tak mengapa bagiku cintaimu pun adalah
Bahagia untukku, bahagia untukku
Menunggu hatimu menyambut diriku
Tak mengapa bagiku cintaimu pun adalah
Bahagia untukku, bahagia untukku
Ku ingin kau tahu diriku di sini menanti dirimu
Meski ku tunggu hingga ujung waktuku
Dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya
Dan ijinkan aku memeluk dirimu kali ini saja
Tuk ucapkan selamat tinggal untuk selamanya
Dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejab saja
Meski ku tunggu hingga ujung waktuku
Dan berharap rasa ini kan abadi untuk selamanya
Dan ijinkan aku memeluk dirimu kali ini saja
Tuk ucapkan selamat tinggal untuk selamanya
Dan biarkan rasa ini bahagia untuk sekejab saja
Lagu itu
seperti apa yang aku rasakan, seperti yang aku derita dan sangat tepat untuku.
Apa mungkin hal serupa bukan cuma aku saja yang mengalaminya? Mungkin. Tapi
apakah banyak yang sedahsyat yang aku alami, apakah ada yang tetap bertahan sekian
tahun seperti aku? Bertahan dalam asa dan harapan yang ‘tak pasti. Apakah ada
yang sudah menganggap cinta terpendamnya itu adalah cinta sejati, belahan jiwa,
bintang hati namun sebatas cinta dalam hati saja? Entahlah.
Created by : Doxy-EL
0 komentar:
Posting Komentar